Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia.
Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau
volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material
yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat
tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pengelolaan
sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat.
Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat
berpengaruh pada volume sampah. Dari Data menunjukan bahwa kota Bandung
setiap harinya menghasilkan sampah sebanyak 8.418 m3 dan hanya bisa terlayani
sekitar 65% dan sisa tidak dapat diolah.
Tanggapan:
Upaya pemerintah di tingkat
provinsi,kota, dan kabupaten untuk mengatasi sampah terus berlanjut. Beragam
program untuk membersihkan nama Bandung dari sebutan “kota sampah” terus
dilakukan. Persoalan sampah di Kota Kembang selalu menjadi sorotan berbagai pihak.
Setelah longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, limbah domestik
rumah tangga ini menjadi bahan diskusi menarik. Memang, selain menimbulkan
korban jiwa, kerugian material, juga berdampak buruk pada lingkungan. Sampah
ini membuat julukan Kota Kembang berubah menjadi “kota terkotor”. Bahkan,
predikat itu sempat mempermalukan Bumi Parahiyangan dengan melekatnya sebutan
“Bandung Lautan Sampah”. Kenyataannya, ratusan tempat pembuangan sementara
(TPS) yang ada di Kota Bandung selalu penuh dijejali limbah sampah. Pemerintah
Kota dan Provinsi Jabar pun resah dengan kondisi penumpukan yang semakin hari
bertambah banyak itu. Segala upaya mereka rembukkan dengan berbagai pihak untuk
mengatasi persoalan sampah. Pemandangan kotor di penjuru Kota Bandung akibat
sampah itu menjadi cemoohan warga setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar