|
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Antropometri dan Aplikasinya Dalam
Perancangan Fasilitas Kerja
Menurut Sritomo (1992), istilah antropometri yang berasal dari “antro” yang berarti
manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri
dinyatakan sebagai suatu studi yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia
dan aplikasi rancangan yang menyangkut geometri fisik, massa, dan kekuatan
tubuh. Menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991), pengertian antropometri
adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh
manusia berupa ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat
dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata)
dan standar deviasinya dari suatu distribusi normal, (Nurmianto 2004).
Manusia pada dasarnya memiliki bentuk, ukuran (tinggi,
lebar), berat, dan lain-lain yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Antropometri
secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses
perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri
akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal:
1.
Perancangan areal kerja.
2.
Perancangan alat kerja seperti
mesin, equipment, perkakas (tools), dan sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif
seperti pakaian, kursi, meja, dan sebagainya.
4.
Perancangan lingkungan kerja
fisik.
(ainulhaq.staffsite.gunadarma.ac.id)
2.2 Data Antropometri
Data antropometri yang diperoleh baru dapat diterapkan
apabila data tersebut terdapat nilai rata-rata dan standar deviasi dari
distribusi normal. Sumber variabilitas dalam antropometri tubuh manusia,
berdasarkan (Nurmianto, 2004) adalah:
1. Keacakan.
2. Jenis kelamin.
3. Suku bangsa.
4. Usia.
5. Jenis pekerjaan.
6. Cacat tubuh secara fisik.
Distribusi frekuensi dari setiap pengukuran sering disebut juga
sebagai persentil. Persentil merupakan suatu nilai yang menyatakan bahwa
persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau
lebih rendah dari nilai tersebut. Besarnya nilai persentil biasanya berkisar antara 1 persentil sampai dengan
99 persentil. Nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas
distribusi normal, yang ditujukan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1. Perhitungan Nilai Persentil
No.
|
Persentil
|
Perhitungan
|
1
|
1
|
X
|
2
|
2.5
|
X
|
3
|
5
|
X
|
4
|
10
|
X
|
5
|
50
|
|
6
|
90
|
X
|
7
|
95
|
X
|
8
|
97.5
|
X
|
9
|
99
|
X
|
Dalam pokok bahasan antropometri, 95% populasi adalah
sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil, 5% dari populasi sama dengan
atau lebih rendah dari 5 persentil. 95 persentil menunjukkan tubuh berukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan
tubuh berukuran kecil, (Nurmianto, 2004).
2.3 Pembagian Anthropometri
Antropometri dibagi menjadi dua bagian. Adapun
bagian dari data antropometri adalah sebagai berikut:
1. Antropometri statis, yaitu pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan
diam.
2. Antropometri dinamis, yaitu dimana dimensi
tubuh yang diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak.
Dimensi yang diukur pada antropometri
statis diambil secara linier (lurus)
dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnya representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode
tertentu terhadap individu.
(ainulhaq.staffsite.gunadarma.ac.id)
2.4 Penggunaan Data Antropometri
Sebelum membahas lebih jauh mengenai
penggunaan data ini, maka ada baiknya membahas istilah “The Fallacy of the Average Man or Average Woman”. Istilah ini
mengatakan, bahwa merupakan suatu kesalahan dalam perancangan suatu tempat
kerja ataupun produk jika berdasar pada dimensi yang hipotesis. Maksud dari
istilah hipotesis yaitu menganggap bahwa semua dimensi merupakan rata-rata
(Nurmianto, 2004).
Dalam penggunaan dimensi, walaupun
yang digunakan hanya satu dimensi saja, seperti jangkauan ke depan (forward reach), maka penggunaan 50
persentil dalam penyesuaian pemasangan suatu alat kontrol akan menghasilkan
bahwa 50% populasi akan tidak mampu menjangkaunya. Selain dari itu, jika
seseorang mempunyai dimensi pada rata-rata populasi, katakanlah tinggi badan,
maka belum tentu orang tersebut berada pada rata-rata popoulasi untuk dimensi
lainnya (Nurmianto, 2004).
Adapun pendekatan dalam penggunaan data antropometri,
yaitu sebagai berikut (Nurmianto, 2004):
1.
Memilih standar deviasi yang
sesuai untuk perancangan yang dimaksud.
2. Mencari data pada rata-rata dan distribusi
dari dimensi yang dimaksud untuk populasi yang sesuai.
3.
Memilih nilai persentil yang
sesuai sebagai dasar perancangan.
4. Memilih jenis kelamin yang sesuai.
2.5 Perancangan Produk atau
Alat
Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa,
menilai, memperbaiki, dan menyusun suatu sistem baik secara fisik maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang
akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada. Perancangan teknik adalah suatu
aktivitas dengan maksud tertentu menuju ke arah tujuan dari pemenuhan kebutuhan
manusia. Dari definisi tersebut, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan
dalam perancangan, yaitu:
1.
Aktivitas untuk maksud tertentu.
2. Sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia.
3.
Berdasarkan pada pertimbangan
teknologi.
Tahapan
perancangan sistem kerja menyangkut work space design dengan
memperhatikan faktor antropometri secara umum adalah:
1.
Menentukan kebutuhan perancangan
2.
Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai
3.
Pemilihan sampel yang akan diambil datanya.
4.
Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil)
5.
Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan
persentil yang akan dipakai.
6.
Penyiapan alat ukur yang akan dipakai
7.
Pengambilan data
8.
Pengolahan data
9.
Visualisasi rancangan
Dalam membuat suatu rancangan produk atau
alat, diperlukan karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan adalah sebagai berikut:
1.
Berorientasi pada tujuan.
2.
Variform, yaitu suatu anggapan bahwa
terdapat sekumpulan solusi yang mungkin tidak terbatas, tetapi harus dapat
memilih salah satu ide yang akan diambil.
3.
Pembatas, yaitu membatasi
solusi pemecahan antara lain:
a. Hukum alam, seperti ilmu fisika, ilmu
kimia, dan lain-lain.
b. Ekonomis, pembiayaan atau ongkos dalam merealisir
rancangan yang telah dibuat.
- Pertimbangan manusia, sifat, keterbatasan, dan kemampuan manusia dalam merancang dan memakainya.
- Faktor-faktor
legalisasi, mulai dari model, bentuk, sampai dengan hak cipta.
- Fasilitas
produksi, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menciptakan yang
telah dibuat.
f. Evolutif, berkembang terus mengikuti
perkembangan zaman.
g. Perbandingan nilai, membandingkan dengan
tatanan nilai yang telah ada.
Sedangkan
karakteristik perancang merupakan karakteristik yang harus dipunyai oleh
seorang perancang antara lain:
1. Memiliki imajinasi untuk meramalkan
masalah yang mungkin akan timbul.
2.
Berdaya cipta.
3. Mempunyai kemampuan untuk menyederhanakan
persoalan.
4. Mempunyai keahlian dalam bidang
matematika, fisika, atau kimia tergantung dari jenis rancangan yang dibuat.
5. Dapat mengambil keputusan terbaik
berdasarkan analisa dan prosedur yang benar.
6. Mempunyai sifat yang terbuka (open minded) terhadap kritik dan saran
dari orang lain.
Terdapat tiga tipe perancangan yang
ada pada antropometri. Adapun tipe
perancangan tersebut antara lain Perancangan untuk Pemakaian Nilai Ekstrim.
1. Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrim
yaitu data dengan persentil ekstrim minimum 5 % dan ekstrim maksimum 95 %.
2. Perancangan Pemakaian Nilai Rata-Rata.
Perancangan
pemakaian nilai rata-rata yaitu data dengan persentil
50 %.
3.
Perancangan untuk Pemakaian
yang Dapat Disesuaikan (adjustable).
Prosedur perancangan yang merupakan tahapan umum teknik
perancangan dikenal dengan sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari need, idea, decision, and action. Artinya tahap pertama seorang perancang
menetapkan dan mengidentifikasikan kebutuhan (need), sehubungan dengan alat atau produk yang harus dirancang.
Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea) yang melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan.
Tahap selanjutnya yaitu dilakukan suatu penilaian dan penganalisaan terhadap
berbagai alternatif yang ada, sehingga perancang dapat memutuskan (decision) suatu alternatif terbaik. Pada
akhirnya dilakukanlah suatu proses pembuatan (action). Perancangan suatu peralatan kerja dengan berdasarkan data antropometri
pemakainya betujuan untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja, meningkatkan
performansi kerja dan meminimasi potensi kecelakaan kerja.
(ainulhaq.staffsite.gunadarma.ac.id)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat
suatu rancangan selain faktor manusia, antara lain:
1. Analisa teknik yaitu berhubungan dengan
ketahanan, kekerasan, dan sebagainya.
2. Analisa ekonomi yaitu berhubungan dengan
perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh.
3. Analisa legalisasi yaitu berhubungan
dengan segi hukum atau tatanan hukum yang berlaku dari hak cipta.
4. Analisa pemasaran yaitu berhubungan dengan
jalur distribusi produk/hasil rancangan sehingga dapat sampai kepada konsumen
atau pemakai.
5. Analisa nilai yaitu suatu prosedur yang
mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak ada gunanya.
C.M. Walsh yang membagi analisa nilai menjadi 4 kategori,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Uses value yaitu berhubungan dengan
nilai kegunaan.
b.
Esteem value yaitu berhubungan dengan
nilai estetika atau keindahan.
c.
Cost value yaitu berhubungan dengan
pembiayaan.
d. exchange
value yaitu berhubungan
dengan kemampuan tukar.
(ainulhaq.staffsite.gunadarma.ac.id)
2.6
Prinsip Perancangan dengan Data Antropometri
Data-data dari hasil pengukuran
atau disebut sebagai data antropometri, digunakan sebagai data untuk perancangan peralatan. Mengingat bahwa
keadaan dan ciri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga berbeda satu
sama lainnya, maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data tersebut, yaitu
(Sutalaksana, 2006):
1. Perancangan Berdasarkan Individu Ekstrim
Prinsip ini digunakan apabila
kita mengharapkan agar fasilitas yang dirancang tersebut dapat dipakai dengan
enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang akan memakainya (biasanya
minimal oleh 95% pemakai).
2. Perancangan Fasilitas yang Bisa
Disesuaikan
Prinsip ini
digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut bisa
menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang yang
mungkin memerlukannya.
3. Perancangan
Fasilitas Berdasarkan Harga Rata-Rata Para Pemakaiannya
Prinsip ini hanya digunakan
apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim. Tidak mungkin dilaksanakan dan
tidak layak jika menggunakan pinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan
Dalam mencari nilai rata-rata dan mengetahui nilai
standar deviasi, diperlukan rumus untuk mencari nilai rata-rata dan mencari
nilai standar deviasi. Rumusnya ditujukan sebagai berikut.
Rumus
mencari mean:
Keterangan:
= Rata-rata.
= Jumlah
nilai data masing-masing sampel.
N =
Banyaknya sampel.
Rumus
mencari standar deviasi:
Keterangan:
SD = Standar Deviasi.
= Jumlah.
X = Nilai data masing-masing
sampel.
= Rata-rata.
N = Banyaknya sampel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar