BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Defenisi Kerja
Kerja ialah semua aktivitas yang secara sengaja
dan berguna dilakukan manusia unuk menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai
umat manusia secara keseluruhan.
(ainulhaq.staffsite.gunadarma.ac.id,
jum’at/06/04/2012)
Bekerja adalah suatu
kegiatan manusia dalam mengubah keadaan tertentu dari lingkungan yang ditujukan
untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya (Sutalaksana, 2006).
Toole membarikan
defenisi bekerja adalah kegiatan untuk menghasilkan suatu yang bermamfaat bai
orang lain. Kesan yang muncul dari pernyataan tersebut adalah aspek sosialnya
dari pekerjaan (Sutalaksana,
2006).
2.2 Jenis
Kerja
Secara umum jenis
kerja dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kerja fisik (otot) dan kerja mental.
1. Kerja
Fisik
Kerja fisik yaitu kerja yang memerlukan energy fisik otot
manusia sebagai sumber tenaganya (power).
Kerja fisik ini dikelompokkan oleh
Davis dan Miller menjadi tiga kelompok besar, sebagai beerikut :
a.
Kerja total seluruh
tubuh, yang mempergunakan sebagian besar otot biasanya melibatkan dua pertiga
atau tiga perempat otot tubuh.
b. Kerja
sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energy expenditure karena otot yang digunakan lebih sedikit.
c.
Kerja otot statis, otot
yang digunakan untuk menghasilkan gaya konstrasi otot.
Secara umum, kerja fisik dibagi
menjadi dua yaitu kerja statis dan kerja dinamis.
a. Kerja
statis (tidak menghasilkan gerak, konstraksi otot bersifat isometris, kelelahan
lebih cepat terjadi).
b. Kerja
dinamis (menghasilkan gerak, kontraksi otot bersifat isotonis dan ritmis,
kelelahan relative agak lama terjadi).
2.
Kerja Mental
Kerja mental
merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari otak dan pengeluaran
energinya relatif lebih sedikit dari kerja fisik.
(ainulhaq.staffsite.gunadarma.ac.id,
jum’at/06/04/2012)
Hasil kerja
(performasi kerja) manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
1.
Faktor-faktor
dari individu, meliputi sikap, fisik, minat, motivasi, jenis kelamin,
pendidikan, keterampilan, pengalaman, dan lain-lain.
2.
Faktor-faktor
situasional, meliputi lingkungan fisik, mesin, faktor peralatan, metode kerja,
dan lain-lain. (http://dian.staff.gunadarma.ac.id)
Sampai saat ini,
metode pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar sebagai berikut:
1. Konsep
Horse Power (foot-pounds of work per minute) oleh Taylor, tapi tidak
memuaskan
2. Tingkat
konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi
3. Perubahan
tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen (metode baru)
Kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui
pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja, yaitu:
1. Kriteria
Faal
Kriterial faal meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan
darah, tingkat penguapan, temperatur tubuh, komposisi kimiawi dalam darah dan
air sen. Tujuannya untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh selama
bekerja.
2.
Kriteria Fisiologis
Kerja
Kriteria
fisiologi kerja meliputi kejenuhan, emosi, motivasi, sikap, dan lain-lain.
Tujuannya untuk mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama berkerja.
3. Kriteria
Hasil Kerja
Kriteria hasil
kerja meliputi pengukuran hasil kerja yang diperoleh dari pekerja selama
berkerja. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh kondisi kerja dengan melihat
hasil kerja yang diperoleh dari kerja.
Terdapat
tingkat kerja fisiologi yang umum, (ainulhaq.staffsite.gunadarma.ac.id,
jum’at/06/04/2012) yaitu:
a.
Istirahat,
bila pengeluaran energi diperlukan untuk mempertahankan kehidupan tubuh.
Tingkat istirahat disebut juga sebagai tingkat metabolisme basal.
b.
Kerja
aerobik, bila supply energi pada otot sempurna.
c.
Kerja
anaerobik, bila supply oksigen pada otot tidak sempurna.
2.3
Manifestasi Kerja Berat
Seiring
bertambahnya kompleksnya aktivitas otot, maka beberapa hal yang patut dijadikan
pokok bahasan dan analisa terhadap manifestasi kerja berat, antara lain adalah
(Nurmianto, 2004):
1. Denyut jantung (heart
rate).
2. Tekanan darah (blood
pressure).
3. Keluaran paru dengan satuan liter per menit (cardiac
output).
4. Komposisi kimia dalam darah (kandungan asam laktat).
5. Temperatur tubuh (body
temperature).
6. Kecepatan berkeringat (sweating rate).
7. Kecepatan membuka dan menutupnya ventilasi paru dengan
satuan liter per menit (pulmonary
ventilation).
8. Konsumsi oksigen yang dihirup (oxygen consumption).
9. kandungan kimiawi dalam darah (lactid acid content).
2.4 Unit atau Satuan
yang Dipakai
Kilocalorie adalah satuan dari energi pada beberapa literatur
ergonomi. Dalam satuan Satuan Internasional (SI), diperoleh bahwa (Nurmianto,
2004):
1 kilocalorie (kcal) = 4,2 kilojoule
(kj)
Konversi konsumsi
energi diukur dalam satuan Watt:
1 Watt = 1 Joule/sec
1 liter oksigen
dikonversikan ke dalam satuan energi, sehingga 1 liter oksigen akan memberikan
4,8 kkal energi yang setara dengan 20 kj. Konsumsi oksigen akan tetap terus berlangsung
walaupun seseorang tidak melakukan pekerjaan sekalipun. Namun, jika seseorang
tersebut melakukan pekerjaan, maka akan membutuhkan energi total (gross energy). Konsumsi energi bersih (net energy consumption), diperoleh
dengan cara mengurangi energi total dengan metabolisme basal (Nurmianto, 2004).
Kalori kerja
menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh manusia dalam hubungannya dengan:
a.
Jenis
kerja berat.
b. Tingkat usaha kerjanya.
c.
Kebutuhan
waktu untuk istirahat.
d.
Efisiensi
dari berbagai jenis perkakas kerja.
e.
Produktivitas
dari berbagai variasi cara kerja.
2.4
Pengukuran Komsumsi Energi
Komsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak
langsung, yaitu dengan pengukuran tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia
dalam darah, temperatur tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang
dikeluarkan oleh paru-paru. Hubungan antara energy
expenditure dengan heart rate (denyut
jantung), persamaan sebagai berikut:
Y = 1,80411 – 0,0229038
+ 4,71733.10-4
2
Keterangan:
Y = Energi (kkal/menit)
= Rata-rata kecepatan
denyut jantung(denyut/menit)
Komsumsi
energi untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis
sebagai berikut:
KE = Et - Ei
Keterangan:
KE = komsumsi energi untuk suatu
kegiatan kerja tertentu (kkal/menit).
Et
= pengeluaran energi pada saat waktu keja tertentu (kkal/manit)
Ei
= pengeluaran energi pada saat istirahat (kkal/menit).
Komsumsi energy yang dibutuhkan
dengan rumus sebagai berikut (ainulhaq.staffsite.gunadarma.ac.id,
jum’at/06/04/2012):
KE = energi pada saat
bekerja – energi pada saat istirahat
Komsumsi oksigen yang diperlukan dengan rumus
sebagai berikut:
KO = KE / 4,8
Pengukuran
denyut jantung merupakan salah satu alat untuk mengetahui beban kerja. Hal ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1.
Merasakan
denyut jantung yang ada pada arteri radial pada pergelangan tangan.
2. Mendengarkan denyut dengan stethosscope.
3. Menggunakan ECG (Electrocardiogram),
yaitu mengukur sinyal elektrik yang diukur dari otot jantung pada permukaan
kulit dada.
Miller (1962), memberikan beberapa definisi sebagai
berikut (Nurmianto, 2004):
1. Denyut jantung pada saat
istirahat (resting pulse) adalah
rata-rata denyut jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.
2. Denyut
jantung selama bekerja (working pulse)
adalah rata-rata denyut jantung selama (pada saat) seseorang bekerja.
3. Denyut
jantung untuk kerja (working pulse)
adalah selisih antara denyut jantung selama bekerja dan selama istirahat.
4. Denyut
jantung selama istirahat total (total recovery
cost or recovery cost) adalah jumlah aljabar denyut jantung dari berhentinya
denyut pada saat suatu pekerjaan selesai dikerjakan sampai dengan denyut berada
pada kondisi istirahatnya.
5. Denyut
kerja total (total work pulse or cardiac
cost) adalah jumlah denyut jantung dari mulainya suatu pekerjaan sampai
dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya (resting level).
Fatigue
adalah suatu kelelahan yang terjadi pada
saraf dan otot-otot manusia sehingga tidak berfungsi lagi sebagai mana
mestinya. Kelelahan dipandang dari sudut indistri adalah pengaruh dari erja
pada pikiran dan tubuh manusia yang cenderung untuk mengurangi kecepatan kerja
mereka atau menurunkan kualitas produksi, atau kedua-duanya dari performansi
optimum seorang operator.
(ainulhaq.staffsite.gunadarma.ac.id,
jum’at/06/04/2012):
2.5
Komsumsi Energi Berdasarkan Kapasitas
Oksigen
Dalam
keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup
sehingga mengalami kelelahan yang kronis. Murrel membuat metode untuk
menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik. Penentuan recovery
teoritis berdasarkan konsumsi energi yang didapatkan dari konversi kecepatan
denyut jantung adalah sebagai berikut:
R =
Keterangan:
R = Waktu
istirahat (menit).
T = Total waktu kerja.
K = Energi yang dikeluarkan dalam bekerja
(kkal/menit).
S = Konstanta.
Menentukan nilai S berdasarkan tingkat pekerjaannya,
dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini:
Tabel
2.1 Penentuan Nilai S
Tingkat
Pekerjaan
|
S
|
Undully
heavy
Very
heavy
Heavy
Moderate
Light
Very
light
|
Over
12.5
10-12.5
7.5-10
5-7.5
2.5-5
under
2.5
|
Tabel 2.2 Hubungan Antara
Pengeluaran Energi, Detak Jantung, dan Konsumsi Energi
Tingkat Pekerjaan
|
Energy Expenditure
|
Detak
Jantung
|
Konsumsi
Energi
|
|
Kkal/menit
|
Kkal/8
jam
|
Detak/menit
|
Liter/menit
|
|
Undully
Heavy
|
> 12.5
|
> 6000
|
> 175
|
> 2.5
|
Very
Heavy
|
10.0 – 12.5
|
4800 – 6000
|
150 – 175
|
2.0 – 2.5
|
Heavy
|
7.5 – 10.0
|
3600 – 4800
|
125 – 150
|
1.5 – 2.0
|
Moderate
|
5.0 – 7.5
|
2400 – 3600
|
100 – 125
|
1.0 – 1.5
|
Light
|
2.5 – 5.0
|
1200 – 2400
|
60 – 100
|
0.5 – 1.0
|
Very Light
|
< 2.5
|
< 1200
|
< 60
|
< 0.5
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar